Bermain penting bagi Anak Usia Dini
A. Pengertian Bermain
Banyak pendidik yang sudah mengakui bahwa bermain sangat penting dilakukan sebagai stimulasi pengembangan kemampuan pada pendidikan prasekolah. Hal ini sangatlah beralasan, sebab masa usia prasekolah seringkali disebut sebagai masa bermain. Di mana mereka bisa mengenali diri dan lingkungannya sebagai dasar perkembangan sosialnya hanya melalui bermain. Selain itu seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan bermain anak akan merasa senang sehingga segala bentuk materi yang hendak kita berikan akan terserap secara maksimal oleh mereka. Dalam keadaan senang anak tidak pernah merasa terbebani, tidak mudah jenuh, bisa bereksplorasi, dan dapat mengaktualisasikan dirinya secara optimal.
Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah anak untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses daripada hasil akhir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia dan kemampuan anak didik, yaitu berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih banyak) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak).
Kegiatan bermain sambil belajar yang dimaksud adalah pelaksanaan kegiatan di TK/RA yang tidak semata-mata hanya melakukan kegiatan bermain yang tidak bermakna bagi anak. Melalui kegiatan bermain, diharapkan anak juga bisa mengembangkan segala potensi positif dan pembentukan perilaku yang baik yang ada pada diri mereka. Tanpa disadari oleh mereka, melalui kegiatan bermain ada proses belajar yang dialaminya. Anak dapat melatih otot besar dan halusnya, meningkatkan penalaran dan memahami keberadaan lingkungannya, mengembangkan daya imajinasi dan dunia sesungguhnya, mengikuti peraturan, tata tertib dan disiplin. Dengan bermain anak menggunakan seluruh aspek panca inderanya. Semua ini dapat teraktualisasi pada anak dengan perasaan senang dan tanpa terbebani.
Bermain merupakan aktivitas yang selalu dilakukan oleh anak setiap hari. Sepanjang waktu, anak memanfaatkannya untuk kegiatan bermain. Menurut Hurlock (1996:320), arti yang tepat untuk bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Dengan kata lain, bermain dilakukan oleh anak memiliki tujuan untuk kegiatan bermain itu sendiri agar anak merasa gembira. Dengan demikian, bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar yang mewajibkan anak untuk melakukan kegiatan bermain.
Tidak semua kegiatan yang dilakukan oleh anak merupakan bermain dan tidak semua pengalaman yang bermakna melibatkan bermain. Oleh karena itu, Fromberg dalam Dockett (2002:15) mendefinisikan bermain pada anak sebagai kegiatan yang mencakup kombinasi dari enam elemen, yaitu: simbolik, bermakna, aktif, menyenangkan, sukarela, aturan main yang ditentukan sendiri dan episodik. Ciri khas simbolik dapat terlihat ketika seorang anak berpura-pura memainkan unit balok sebagai kereta.
Adapun Schaefer (1983) dikutip langsung oleh Gil mendefinisikan bermain sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan (pleasurable), berasal sepenuhnya dari motivasi internal, bebas dari pengaruh orang dewasa dan ganjaran dari pihak luar, non instrumental, tanpa tujuan, tidak terjadi dalam kondisi situasi yang menakutkan (Gil, 1991:27).
Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan, tanpa ada paksaan ataupun tekanan dari luar, serta mampu mengembangkan berbagai potansi pada anak.
Dalam konteks ini yang perlu diperhatikan atau digarisbawahi adalah suasana dan rasa senang pada diri anak. Artinya bahwa ketika rasa senang itu sudah tidak ada atau anak sudah tidak dapat menikmati kegiatan yang dilakukannya maka kegiatan tersebut tidak dapat lagi dikatakan sebagai kegiatan bermain.
Oleh karenanya bermain sangat efektif untuk digunakan sebagai suatu pendekatan dalam kegiatan belajar pada pendidikan prasekolah. Atau yang biasa kita kenal dengan pendekatan ‘Bermain sambil Belajar’.
A. Manfaat Bermain
Bermain merupakan suatu kegiatan yang inhern pada setiap anak yang normal. Sering kali anak bermain tanpa harus melihat tujuan dari kegiatan ini. Bahkan ada juga teori yang mengatakan bahwa bermain sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri dari energi yang berlebih dalam diri anak, atau yang dikenal dengan teori ‘Surplus Energy’. Ini menunjukkan bahwa bermain dapat membantu anak dalam mengembangkan potensi-potensi yang masih tersembunyi menjadi lebih teraktualisasikan.
Elkolin mengidentifikasi empat cara utama agar bermain mempengaruhi perkembangan anak. Empat manfaat yang diperoleh melalui kegiatan bermain sangat penting sebagai pondasi pembelajaran bagi anak di kemudian hari. Empat manfaat bermain tersebut yaitu: (1) bermain berdampak terhadap motivasi anak, (2) bermain memfasilitasi perkembangan kognitif yang baik, (3) bermain mempercepat perkembangan representasi mental, (4) bermain mempercepat perkembangan perilaku dengan sengaja, sikap sukarela secara fisik dan mental (Koralek, 2004:7).
Selanjutnya Driscoll dan Nagel menguraikan nilai-nilai yang akan diperoleh anak dari kegiatan yang mereka lakukan sebagai berikut: (1) kompetensi pemikiran anak akan berkembang, (2) anak akan mampu mempraktikkan kemampuannya, (3) anak akan mampu memecahkan masalah dan membuat keputusan dalam suasana yang nyaman, (4) anak akan memperoleh dan memproses informasi, dan (5) anak dapat mengekspresikan emosi, mengendurkan tekanan yang dimiliki, dan mengeksplorasi situasi yang menghasilkan kesenangan (Driscoll, 2005:99-100).
Tentunya masih banyak lagi manfaat yang dapat diperoleh anak melalui kegiatan bermain. Berikut akan dijelaskan beberapa manfaat bermain dalam mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak.
Kognitif
Melalui bermain anak akan mengembangkan fungsi panca inderanya dengan baik. Mereka bisa bereksplorasi dan menemukan sendiri suatu konsep atau sebuah pengertian dari kegiatan yang dilakukannya atau melalui alat-alat permainan yang dimanipulasikannya. Mereka tidak hanya sekedar menerima informasi tetapi juga menuangkannya saat bermain dengan beragam imajinasinya.
Sosial-Emosi
Bermain bisa dilakukan sendiri atau dengan berkelompok. Anak-anak yang sering bermain berkelompok tentunya akan lebih mudah dalam beradaptasi dan bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungannya. Mereka akan belajar tentang sebuah aturan, konsekuensi, apa yang boleh dan yang tidak boleh, belajar untuk berbagi peran dan tugas, serta masih banyak lagi, dan penerimaan sosial pun akan lebih terbuka.
Dalam keadaan seperti ini anak-anak akan lebih mudah untuk melupakan beban-beban yang mereka alami. Mereka bisa meluapkan emosinya secara positif sehingga tidak menjadi penghambat mereka dalam berinteraksi baik dengan teman atau orang dewasa.
Konsep Diri
Pada saat anak bermain sendiri ada kegiatan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas atau yang sejenisnya. Ketika ia bisa menyelesaikannya dengan baik akan muncul kepuasan atau kepercayaan diri bahwa ia sudah dapat menguasai permainan tersebut. Begitu pula ketika beberapa anak bermain bersama kemudian mengajak beberapa anak yang lain untuk bergabung ikut terlibat dalam permainan tersebut. Tentunya anak-anak yang diikutsertakan lebih merasa dihargai, diakui keberadaannya dan berkembang pula konsep diri positif yang ada dalam diri mereka.
Fisik-Motorik
Anak-anak yang aktif dan menyenangi kegiatan bermain akan terbiasa melatih otot-otot fisiknya. Dengan bermain seluruh tubuh anak lebih banyak bergerak dari pada mereka yang hanya menghabiskan waktunya untuk mengerjakan hal-hal membosankan yang biasanya berkaitan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh orang dewasa baik orang tua ataupun guru. Banyaknya gerak yang dilakukan anak tidak hanya sekedar melatih kekuatan dan ketangkasan fisik tetapi juga akan lebih menyehatkan bagi tubuh mereka.
Bahasa
Kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang hanya bisa dikembangkan melalui proses pembelajaran formal, melainkan diawali dengan suatu pola atau kebiasaan yang diberikan pada anak. Semakin banyak bahasa yang diterima oleh anak maka akan semakin banyak pula perbendaharaan bentuk bahasa yang bisa mereka dapat dan gunakan. Ini dapat diperoleh jika anak banyak dan terbiasa berinteraksi dengan lingkungannya. Bermain sebagai salah satu media bagi anak dalam melakukan interaksi dengan orang lain. Karena dalam bermain ada komunikasi yang mereka bangun, ada kebebasan berekspresi dan berapresiasi, ada saatnya untuk menyimak dan mengungkapkan pendapat.
sumber : http://consultant-academic-specialist.blogspot.com/2010/03/bermain-penting-bagi-anak-usia-dini.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar